Menjaga Kemurnian Agama

Dalam urusan agama, amalan yang dikerjakan tanpa ilmu, maka tidak ada artinya. Sia-sia saja amalannya. Harus diawali dengan mengkaji ilmunya. Tidak boleh sembarangan, hanya ikut-ikutan apa yang kebanyakan orang lain kerjakan. Kalaupun yang orang-orang kerjakan adalah hal yang benar, tetap harus dikaji dulu ilmunya.

Ilmu yang dikaji haruslah ilmu yang murni, berdasarkan Alquran dan Hadits. Dalam hadits saja, ada tingkatan hadits. Ada yang shohih, hasan, dhoif, dll. Bahkan seorang periwayat Hadits yang pernah berbohong sekali saja, meskipun bukan berbohong pada manusia, hadits-hadits darinya tidak dipakai lagi.

Lalu, bagaimana mungkin, seseorang yang kita belum tahu jelas dia siapa. Kemudian dia nge-share tentang hukum agama atau suatu amalan, begini begitu, terus langsung dipercaya dan dipraktikkan saja. Harus diklarifikasi dulu, dan dikaji ilmunya dari seorang guru. Seorang guru yang sudah belajar dari gurunya guru. Yang mana, gurunya guru tersebut juga belajar dari gurunya. Jika dirunut terus menerus, akan ketemu pada guru seorang periwayat hadits seperti Imam Bukhori, Imam Muslim, dan lain-lain. Dan jika dilanjutkan, hadits tersebut murni berasal dari Baginda Nabi Muhammad SAW.

Dengan cara seperti itulah, kita dapat menjaga kemurnian Agama Islam ini. Meskipun kita jauh dari sumbernya Agama Islam. Meskipun kita hidup di zaman yang jauh dari zaman ketika Nabi Muhammad SAW hidup. Kita harus tetap bisa menjaga kemurnian Agama Islam ini sampai akhir hayat kita masing-masing. Jangan biarkan keturunan-keturunan kita mengerjakan amalan yang sudah dicampuri dengan ketidakmurnian berupa bid’ah, kurofat, syirik, tahayyul, dll karena memang kesalahan kita dalam mengajarkan ilmu agama pada mereka.

Leave a comment